LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

BAB I

PENDAHULUAN

           Analisa kuantitatif adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Pengubahan alit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, perhitungan, dan penafsiran.

           Karbohidrat sumber energi utama bagi seluruh makluk hidup. Karbohidrat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain seperti, monosakarida, disakarida, dan polisakarida yang mempunya fungsi tersendiri.

Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino.

Lemak adalah zat yang sangat sukar larut bahkan sama sekali tidak larut pada zat – zat lainnya. Lemak terdiri atas empat bagian yaitu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak.

           Tujuan dari praktikum pengenalan analisa kuantitatif yaitu untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan untuk menetapkan kadar asam cuka.Tujuan dari pratikum karbohidrat adalah untuk mengetahui perbedaan – perbedaan setiap jenis karbohidrat, dan mengetahui fungsi dari masing – masing karbohidrat. Tujuan praktikum protein adalah untuk mengetahui beberapa sifat umum dan khusus dari protein serta mampu melakukan analisa kuantitatif dari protein. Tujuan pratikum  lemak adalah untuk mengetahui beberapa sifat– sifat umum maupun khusus dari protein dan lemak A.

BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Kuantitatif                                                                                             

2.1.1. Pengertian Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan. Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah Zulkarnaen (1991). Analisa kuantitatif merupakanpemisahansuatumaterimenjadipartikel -partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyaw acampuran. Analisakuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat  tertentu yang terkandung dalam suatu sampel,zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai konstituen. Jikazat yang dianalisa tersebu tmenyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel makaan analisis ini dianggap  konstituen utama zat itu .Hal itu dapat dikatakan konstituen minor suatu zat jumlah berkisar 0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta apabila dikatakan konstituen trace jika suatu zat ada yang kurang dari 0,01% (Irfan, 2000 ).

2.1.2. Macam-macamAnalisaKuantitatif

2.1.2.1.  Volumetri, volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan   dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah  diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya Irfan, (2000).Analisa volumetric  merupakan salah satu metode dari  analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat  dalam volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatuupaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut aryadi(1990).

           Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari 1) Reaksi netralisasi contoh : HC1 + NaOH →NaCl + H2O, 2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawakompleks contoh : AgNO3 + NaC →AgCl + NaNO3, 3) Reaksiredoks contoh : 2FeCl3 + SnCl2 →2FeCl2 + SnCl4.Suatuanalisiskimiaterdiri dari empattahapanyaitu : 1) Pengambilan atau pencuplikan smaple, 2) Mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, 3) Pengukuran, 4) Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Underwood, 1994).

2.1.2.2.Gafimetri, gafimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam – garamk lorida. Dapat dilakukan dengan cara evaluasi, dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari. Cara pengendapan bahan direaksikan, sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu akan ditimbang (Rosenberg , 1994). Gavimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam-garam klorida (Underwood, 2002).

2.1.2.3. Asidimetri dan Alkalimetri, asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Underwood, 1990). Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Haryadi, 1990).

2.1.2.4.  Presipitrimetri, presipitrimetri adalah cara tirasi dimana terjadi endapan (presipilat) sebagai contoh yang mudah adalah :

AgNO3 + NaC                                                AgCL + NaNO3

Makin larut garam yang terbentuk makin sempurna reaksi yang dihasilkannya (Underwood, 1990). Presipitrimetri adalah cara titrasi dimana terjadi endapan (presipilat) (Haryadi, 1990).

2.1.2.5.  Idiometrri, idiometri ialah salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan larutan kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebabaskan dengan titrasi kembali dengan mempergunakan kalium kosulfat. Iodo termasuk tirasi reduksi dan oksidasi. Senyawa iodide merupakan suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat ,lebih kuatdari iodemetrik. (Rosenberg , 1994).  

 


 

2.1.2.6. Spektometri, Spektometri adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan hasil analisa spektrum zat atau dengan berdasarkan transmitasi larytan terhadap cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan instrumen spektometri ( Rosenberg , 1994).  

2.1.1.      Karbohidrat

2.2.1. Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen baik dalam bentuk molekul sederhana maupun kompleks Christian (2003). Karbohidrat adalah polihidroksiketon, mempunyai rumus Cn(H2O)n. Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya Suharsono ( 1992). Karbohidrat adalah senyawa organik yang paling banyakterdapat di alam, hampir seluruh tanaman dan hewan mensintesis dan memetabolisme karbohidrat Riswiyanto ( 2009 ).

 

2.2.2. Klasifikasi Karbohidrat

2.2.2.1.   Monosakarida, monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana, monosakarida larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol juga eter. Monosakarida dibagi menjadi dua, yaitu aldosa dan ketosa. Aldosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus aldehid. Aldosa terdiri dari glukosa dan galaktosa. Glukosa adalah suatu aldosa, aldoheksa atau dektrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Galaktosa jarang terdapat di alam bebas. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat di dalamsusuFessenden ( 1999 ). Ketosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus fungsi keton, contohnya fruktosa yang merupakan suatu karbon heksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri Riawan ( 1998 ). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lemak menjadi lain Purba ( 1997)

2.2.2.2.  Oligosakarida, oligosakarida merupakan karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida (Yunani, oligo-, = beberapa). Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri dari beberapa molekul monosakarida. Oligosakarida dibedakan atas a) Disakarida, terdiri atas maltosa, laktosa, solobrosa, meletrosa, gatibrosa, dan turatosa (mampu mereduksi), sukrosa (tidak memiliki sifat pereduksi, b) Trisakarida, terdiri atas marcotrosa, rhaminosa, rattinosa, meltitosa, c)Tetrasakarida, terdiri atas stacyosa, schorodosa, d) Pentasakarida, contohnya verbacossa Fessenden ( 1999 ).Oligoskarida yang lain adalah trisakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida Damin( 1986). Contoh dari oligosakarida yaitu sukrosa.Sukrosa adalah gula yang kita kenakan sehari-hari.Baik yang berasal dari tebu maupun gula. Dengan hidrolisis, sukrosa akan pecah menjadi fruktosa dan glukosa Fesenden( 1994).

 


 

2.2.2.3.   Polisakarida, Senyawa dalam polisakarida terdiri dari molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukorida. Polisakarida memiliki tiga maksud dalam kehidupan, yaitu sebagai bahan pembangunan, bahan makanan dan sebagai zat speritik. Polisakarida sebagai bahan bangunan, contohnya selulosa dan kitin. Polisakarida sebagai nutrisi yang lazim adalah pati dan glikogen. Contoh suatu zat epintik ialah heparin, suatu polisakarida yang mencegah koagulasi darah. Selulosa adalah senyawa organik paling melimpah di bumiSoeharsono( 1992). Polisakarida menghasilkan lebih dari 6 monosakarida pada hidrolisis. Contoh–contoh polisakarida yang dapat linier dan bercabang adalah pati dan dekstrin. Mereka kadang - kadang dinamakan sebagai heksosan, pentosan, homopolisakarida, atau heteropolisakarida tergantung pada bentuk monosakarida yang mereka hasilkan pada hidrolisis Harper ( 1979 ). Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida.Berat molekul monosakarida bervariasi dari sekitar 500 sampai 500000, bergantung pada jumlah yang terkandung dari monoskarida Purba (1997).


 

2.3       Protein

2.3.1    Pengertian protein

             Istilah protein pertama kali ditemukan oleh G.J. Muider seorang pakar kimia berkebangsaan Belanda pada tahun 1939.  Kata priotein berasal dari bahasa Yunani”Proteios” yang artinya pertama atau yang paling utama.  Sehingga protein memegang peanan penting dalam kehidupan.  Protein merupakan senyawa organik makro molekul yang mempunyai susunan komplek dan terdiri atas polimer-polimer alam yang terdiri atas beberapa alfa asam amino, serta terikat melalui ikatan peptida. ( Martoharsono dan Soeharsono, 1993 ). Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks dan serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Karena protein tersusun dari asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti yang menyusun asam amino antara lain C, H, O, N, dan kadang-kadang S, P, Fe, dan Mg (Soemardjo,1997).Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O,dan N yang tidak dimiliki oleh lemak. Molekul protein mengandung pula fosfor,belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991)

 


2.3.2.      Klasifikasi protein

Pada dasarnya protein dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan bentuk molekulnya, berdasarkan komponen penyusunnya dan berdasarkan tingkat degradasinya. Berdasarkan molekulnya digolongkan menjadi dua, yaitu protein globular dan protein fibrosa. Pada protein globular mempunyai bentuk bulat atau hampir bulat atau hampir bulat dan bentuk molekul umumnya mudah ditentukan. Larut dalam laruten garam, asam, basa atau alkohol. Contohnya antara lain,  albumin, globulin, proteonzim, proteohormon. Pada protein fibrosa mempunyai bentuk memanjang, bentuk amorphous dan bentuk molekul sukar ditentukan, dan tidak larut dalam larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya antara lain, keratin dan rambut, Fibroin dan sutra, Kolagen dan tulang  (Soemardjo,1997).

Berdasarkan strukturnya polipeptida protein dibedakan menjadi struktur primer, sekunder, tersier dan kwartener. Struktur primer protein ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan yang membentuk ikatan peptida. Struktur sekunder dipelajari dengan analisa difraksi sinar-x. Struktur tersier terjadi karena terjadinya pelipatan rantai pada polipeptida. Rantai polipeptida yang disebut protomer saling mengadakan interaksi membentuk struktur kwartener dari protein oligomer (Kimball, 1992).

Berdasarkan bentuknya protein dapat dibagi menjadi dua, yang pertama protein globurar, yaitu protein yang bentuknya menggulung, umumnya larut dalam air. Contohnya albumin, globulin, proteonzim.Yang kedua adalah protein fibrous, yaitu protein yang bentuknya memanjang, contohnya kolagen (Sastrawidjaya,1995).


 

2.3.4    Fungsi Protein

Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang akan mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang memadai. Asam amino tersebut disebut asam amino esensial. Kebutuhan akan asam amino esensial bagi anak-anak relative lebih besar daripada orang dewasa (Poedjiati, 1994).

2.4. Lemak

2.4.1. Pengertian Lemak

Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene Salirawati  ( 2007 ).Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik non polar seperti hidrokarbon dan dietil eter Rahardjo ( 2000).

 


 

2.4.2. Klasifikasi Lemak Berdasarkan Asam Lemak

Asam lemak adalah asam karoboksilat yang rantai karbonnya tidak bercabang dan radikal karboksilnya ada diujung rantai karbon tersebut. Diklasifikasikan atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Soemardjo,1997). Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap dua dalam struktur kimianya. Pada umumnya merupakan unit penyusun dari lemak yang terdapat pada hewan atau manusia, daya larutnya dalam air makin berkurang, seiring bertambahnya jumlah atom karbon penyusunnya, adapun contoh asam lemak jenuh adalah asam butirat, asam miristat, asam kaproat, asam palmitat, asam stearat (Soemardjo,1997). Asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dalam strukturnya. Disebabkan karena asam lemak tersebut dapat mengikat lebih banyak atom hidrogen daripada yang terdapat pada asam karena kebanyakan zat ini berwujud cair pada suhu kamar, maka disebut minyak. Contohnya antara lain asam palmiteleat, asam oleat, asam linoleat, asam oleostearat (Kimball, 1992).

2.4.3.      Fungsi lemak

Lemak pada umumnya mempunyai fungsi, antara lain sebagai penghasil kalor tertinggi, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K serta sebagai pembawa zat makanan yang esensial, sebagai pelindung alat-alat tubuh, menjaga tubuh dari kedinginan penahan rasa lapar (Kimball, 1992).


 

BAB lll

MATERI DAN METODE

            Praktikum Kimia Dasar dengan Materi Analisa Kuantitatif dan Karbohidrat dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012, pukul 07.00-09.00 WIB . Sedangkan praktikum dengan  materi Protein dan Lemak dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 November 2012, pukul 07.00-09.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

3.1 Materi

            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah Buret untuk tempat larutan yang akan digunakan untuk menitrasi, statif untuk menggantungkan buret dan klem untuk menjepitkan buret pada statif. Erlenmeyer 100 mL untuk tempat zat yang akan di titrasi, labu ukur 100 ml dan 250 ml untuk tempat melakukan titrasi pengenceran dengan volume tertentu. Pipet volume 100 mL untuk mengambil larutan dalam jumlah yang cukup banyak. Pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit, tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan suatu larutan, rak tabung berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi, pemanas air untuk memanaskan larutan dalam tabung, kaki tiga sebagai tempat untuk meletakkan tabung erlenmeyer, penjepit untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan, gelas beker sebagai tempat larutan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Asam Oksalat sebagai pengencer atau penitrasi larutan NaOH, sedangkan NaOH 0,1 M sebagai larutan untuk menitrasi Asam Cuka yang akan dihitung berapa besar kadarnya yang dicampur dengan Aquades, Fenolfetalein ( PP ) sebagai indikator penunjuk,  Kertas Saring, Kertas Lakmus, Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Fruktosa, Madu, Sirup, larutan Iodine, Na2CO3, Fehling A, Fehling B, Asam Pikrat pekat, HNO3 pekat, Pereaksi Benedict. Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum protein adalah Telur, Susu, FeCl3, CuSO4 0,5%, HgCl2, HNO3 pekat, NaOH 10%. Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum lemak adalah minyak jagung, minyak kelapa, asam stearat dan lemak (gajeh).

3.2. Metode

3.2.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar

Menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat (H2C2O4.2H2O), melarutkan Asam Oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades kemudian diencerkan menjadi 100mL dengan labu ukur, memasukkan larutan Asam Oksalat kedalam buret, mengambil 15 mL NaOH dan memasukkan kedalam Erlenmeyer 100mL menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein, menitrasi larutan dengan Asam Oksalat standart sampai warna merah indikator hilang. Mencatat voleme Asam Oksalat yang diperlukan. Melakukakn titrasi sebanyak dua kali, menghitung konsentrasi.

 


 

3.2.2. Penetapan Kadar Asam Cuka

            Mengisi larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret, mengambil 5 ml asam cuka dan mengencerkannya menjadi 250 mL dengan labu ukur, mengambil 10 mL asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan kedalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator Fenolftalein, menitrasi larutan dengan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat. Mengulangi titrasi 2  kali lagi untuk Erlenmeyer yang lain, mencatat volume NaOH yang diperlukan.

3.2.3. Prosedur Uji Kelarutan

Menyiapkan lima tabung reaksi,  memasukkan berturut-turut Glukosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa dan Madu sebanyak 10 tetes. Mencatat warna dari bentuk fisik karbohidrat tersebut. Menambahkan 10 ml aquades ke setiap tabung reaksi, menutup dengan ibu jari dan menggojognya dengan baik. Membandingkan kelarutan masing-masing karbohidrat dan mencatat dalam lembar pengamatan.

 

3.2.4. Prosedur Uji Fehling

                     Menyiapkan tujuh tabung reaksi, mengisi berturut-turut 1ml larutan Laktosa, Sukrosa, Glukosa, Fruktosa, Madu, dan Sirup 2%. Mengisi  masing-masing tabung reaksi dengan 5 ml Fehling A dan Fehling B dan selanjutnya digojog. Menempatkan dalam  pemanas air mendidih selama 10 menit dan mengamati perubahan yang terjadi. Uji ini positif jika terbentuk endapan merah bata.

 

3.2.5. Prosedur Uji Benedict

 

Memasukkan 10 tetes larutan glukosa 2 % kedalam tabung reaksi,menambahkan 1 ml pereaksi benedict dan menggojognya berulang kali. Memanaskan beberapa saat sampai terjadi perubahan warna. Mengamati dengan teliti dan mencatat pada pada lembar pengamatan.Reaksi positif jikaterbentukendapan warna merah bata. Mengulangi pengujian ini terhadap larutan Fruktosa, Mltosa,dan Laktosa.

3.2.6. Prosedur Uji Asam Pikrat

 

           Memasukan 1ml glukosa 2 % kedalam tabung reaksi. menambahkan larutan Asam Pikrat jenuh dan Sodium Karbonat, memanaskan beberapa saat dan mengamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif jika terbentuk warna merah. Mengulangi percobaan ini terhadap larutan Fruktosa, Laktosa, dan Maltosa.

3.2.7.  Uji Biuret

Menyediakan satu tabung reaksi. Memasukan 2ml albumin telur  dan 2ml  NaOH 10%  kedalam tabung tersebut. Menambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,5% dan mengaduk hingga sempurna. Setelah itu, mengamati warna yang terbentuk, apabila terbentuk warna merah muda atau ungu reaksi yang terjadi adalah positif.Setelah pengamatan pertama selesai ,mengulangi percobaan dengan menggunakan Susu, dan mencatat hasilnya pada buku Panduan Praktikum Kimia.

3.2.8. Prespitasi dengan Larutan Garam Logam Berat

Menyediakan tiga tabung reaksi dan masing-masing tabung isi dengan larutan putih telur encer sebanyak 2 ml. Pada tabung pertama menanambahkan laruan FeCl3, tabung kedua dengan CuSO4, tabung ketiga menambahkannya dengan HgCl2 yang masing – masing  larutan manambahkannya sebanyak 10 tetes. Mengamati warna endapan yang terbentuk dan mencatat hasilnya.

3.2.9. Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau

            Menyiapkan Minyak Kelapa dan Gajih, mengamati sifat fisik, kekentalan, maupun bau dari Minyak Kelapa maupun Gajih.

3.2.10. Uji Kelarutan Lipid

Menyediakan 5 tabung reaksi, mengisi tabung pertama dengan 10 tetes air, Na2CO3 10 tetes pada tabung kedua, alkohol 10 tetes pada tabung ketiga, eter 10 tetes pada tabung keempat, chloroform 10 tetes pada tabung kelima. Menambahkan 10 tetes Minyak Kelapa pada masing-masing tabung, menggojog sampai homogen membiarkan beberapa menit kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi. Mengulangi uji tersebut menggunakan Mentega dan Margarin.

3.2.11. Uji Emulsi

Menyediakan 3 buah tabung reaksi, tabung pertama mengisikan dengan 2 ml air dan 1 tetes minyak kelapa, tabung kedua mengisikan dengan 2 ml air lalu 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes Na2CO3, tabung ketiga mengisikan dengan 2 ml air lalu 1 tetes minyak kelapa dan air sabun. Menggojog masing masing tabung kemudian mendiamkan sampai 2 menit kemudian mengamati emlusi pada masing masing tabung. Mengulangi percobaan tersebut dengan menggunakan mentega dan margarin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB lV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Kuantitatif

4.1.2. Hasil Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat

Berdasarkan percobaan Pengenalan Analisa Kuantitatif diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar 

Titrasi

Volume Asam Oksalat (ml )

Titrasi 1

15,6

Titrasi ll

15,5

Rata-rata

15,55

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

Perhitungan Normalitas pada percobaan pertama larutan NaOH diberi 3 tetes PP kemudian dihitung dengan larutan asam oksalat kemudian menghitung volum asam oksalat yang diperlukan untuk menitrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna. Titrasi I volume asam oksalat yang dihasilkan sebanyak 15,6 ml, titrasi II volume asam oksalat yang dihasilkan 15,5 sehingga memperoleh volume rata-rata 15,55 ml. NaOH yang diberi indikator PP menjadi berwarna merah muda, dan normalitas NaOH yang diketahui adalah 0,1 N. Ini menandakan bahwa NaOH bersifat basa dan setelah dititrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna, jadi larutan asam reaksinya yaitu :

2NaOH + N2C2O4 . 2H2O               Na2C2O4 + 4H2O (Irfan, 2000).

 

Hal ini sesuai dengan pendapat Irfan (2000) yang menyatakan bahwa pengertian volumetri yaitu merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volumelarutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti disebut larutan standar. Pendapat ini di dukung oleh Syukri ( 1999 ) yang menyatakan bahwa zat yang akan di tentukan kadarnya direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik equivalen, sehingga konsentrasi zat yang akan dititrasi dapat dicari dan dihitung.

4.1.3.  Penetapan Kadar Asam Cuka

Berdasarkan percobaan Pengenalan Analisa Kuantitatif diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka

Titrasi

Volume NaOH ( ml )

Titrasi l

13,5

Titrasi ll

18,3

Rata-rata

15,9

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

Hasil pratikum kedua terjadi perubahan juga terhadap volumenya. Dari Titrasi 1 menunjakan angka volume sebsar 13,5 ml sedangkan pada tirasi  2 menunjukan angka 18,3 ml rata-rata 15,9 ml ini menunjukan kemungkinan besar terjadi kesalahan pada saat melakukan titrasi karena jauhnyaperbandingan hasil titrasi 1 dan titrasi 2. Hal tersebut dapat terjadi karena terjadinya beberapa kesalahan dalam melakukan suatu percobaan. Hal ini sesuai pendapat Day (2002) bahwa kesalahan seringkali terjadi, misalnya anak timbangan yang mengalami korosi, buret yang jelek kalibrasinya, ketidakmurnian pada zat pereaksi, dan suatu reaksi samping pada suatu titrasi. Titik ekivalen pada suatu percobaan dapat dilihat dari perubahan warna pada indikator.Pada saat asam cuka di tetesi  Fenoftalein asam cuka tidak berwarna sama sekali karena asam cuka adalah larutan asam dan larutan Fenoftalein tidak bereaksi dengan larutan asam. Saat asam cuka di titrasi dengan lartan NaOH secara perlahan warna pada asam cuka akan berwan merah muda itu berarti asam cuka sudah ekivalen atau sudah menjadi basa. Dalam hal ini konsentrasi Fenoftalein larutan dinyatakan dengan normalitas. Dalam titrasi ini digunakakn indikator Fenoftalein karena merupakan indikator yang dapat menunjukkan warna yaitu berwarna merah muda dalam keadaan basa dan tidak berwarna dalam keadaan asam. Fenolftalein berubah warna pada titik ekuivalen dan memilih suatu indikator yang berubah pada sekitar pusat pada ekuivalen terjadi. Hal ini juga sesuai dengan teori Haryadi (1993) yang  menyebutkan oleh titik akhir titrasi yang diharapkan tidak sama dengan titik ekivalen. Keadaan tersebut sangat sulit dicapai secara bersamaan.

 

 

 


 

4.2. Karbohidrat

4.2.1.   Uji Kelarutan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3 .Hasil Pengamatan Uji Kelarutan

Sampel

Warna

Bentuk

Keterangan

Glukosa

Bening

Larutan

Larut

Fruktosa

Bening

Larutan

Larut

Laktosa

Bening

Larutan

Larut

Maltosa

Bening

Larutan

Larut

Madu

Bening

Larutan

Larut

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

 Hasil uji kelarutan di atas, didapatkan bahwa dalam uji kelarutandiatas jika glukosa, fruktosa,laktosa, sukrosa, dan kanji danditambahkan aquades, yang asalnya bening, maka masih akan tetap bening yang menandakan bahwa monosakarida tersebut larut dalam air. Pada kanji menghasilkan larutan  keruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hart (2003) yaitu monosakarida dapat larut dalam air. larutan karbohidrat yang diujikan seperti glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, sirup,dan madu  larut dalam air, karena memiliki gugus OH yang bebas sehingga karbohidrat mudah larut dalam air tetapi kanji tidak karena kanji bersifat suspensi dan kanji merupakan polisakarida dengan berat molekul yang tinggi dan bukan monosakarida. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harold (2003) bahwa larutan karbohidrat memiliki sifat mudah larut dalam air.


 

4.2.2. Uji Fehling

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperdeoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Fehling

Sampel

Reaksi

Keterangan

Laktosa

+

Warna Merah Bata

Sukrosa

-

Warna Biru Tua

Glukosa

+

Warna Merah Bata

Fruktosa

+

Warna Merah Bata

Madu

+

Warna Merah Bata

Sirup 2%

+

Warna Merah Bata

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

            Pada Uji Fehling akan positif jikaterbentuk endapan warna merah bata setelah ditambah Fehling A dan Fehling B yang kemudian dipanaskan, namun pada sampel Sukrosa tidak menunjukkan warna merah bata namun yang dihasilkan adalah warna biru tua, hal ini menunjukkan bahwa Sukrosa tidak bereaksi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo ( 2009 ) yang menyatakan bahwa reaksi positif yaitu yang menghasilkan endapan warna merah bata. Endapan warna merah bata yang dihasilkan setelah ditambah pereksi Fehling menunjukkan bahwa sampel bereaksi dengan positif, hal ini menujukkan bahwa sampel mengandung karbohidrat. Harold ( 2003 ) menambahkan bahwa karbohidrat berubah warna menjadi merah bata dan terjadi endapan bila ditambah dengan pereaksi Fehling.

 


 

4.2.3 Uji Benedict

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Benedict

Sampel

Reaksi

Keterangan

Glukosa 2%

+

Warna merah bata

Fruktosa

+

Warna merah bata

Maltosa

+

Warna merah bata

Laktosa

+

Warna merah bata

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

            Pada Uji Benedict Setelah larutan diletakan dalam tabung reaksi dan sebelum dipanaskan, semua larutan berwarna biru bening. Setelah larutan itu ditambah pereaksi benedict dan dipanaskan, akan menghasilkan endapan merah bata, Endapan merah tadi adalah hasil reduksi CuO menjadi Cu2O. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999), bahwa reaksi yang positif  menghasilkan warna merah bata. Endapan warna merah bata yang dihasilkan menunjukkan bahwa sampel bereaksi dengan positif, hal ini menunjukkan bahwa sampel termasuk dalam golongan Karbohidrat. Winarno ( 2001 ) menambahkan bahwa timbulnya endapan warna hijau, kuning, atau merah oranye menunjukkan adanya gula pereduksi.

 


 

4.2.4 Uji Asam Pikrat

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Asam Pikrat

Sampel

Reaksi

Keterangan

Glukosa

+

Warna Merah Bata

Fruktosa

+

Warna Merah Bata

Maltosa

+

Warna Merah Bata

Laktosa

+

Warna Merah Bata

Sumber : Data Primer Praktikum kimia Dasar, 2012

Berdasarkan Uji Asam Pikrat terlihat semua sampel yang tadinya berwarna bening setelah ditambah Asam Pikrat warnanya berubah menjadi merah dan terdapat endapan, hal ini menunjukkan sampel bereaksi positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Harold (2003) yang menyatakan bahwa karbohidrat apabila ditambah dengan Asam Pikrat akan berubah warna merah. Sumardjo ( 2009 ) menambahkan bahwa reaksi yang terjadi dalam uji ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam pikrat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi merah.


 

4.3. Protein

4.3.1.      Uji Biuret

Berdasarkan praktikum protein yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 7.Hasil pengamatan uji Biuret

Sampel

Reaksi(+/-)

Keterangan

Putih telur

Susu

+

+

 

Warna ungu

Warna ungu

 

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.

Pada biuret mengandung NaOH dan CuSO4.Sampel yang digunakan ialah putih telur dan Susu yang ditambahkan dengan NaOH dan ditetesi dengan CuSO4, yang menghasilkan larutan berwarna ungu dan terbentuk endapan.Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden ( 1999 ) yang menyatakan bahwa Protein yang ditambahkan dengan NaOH dan ditetesi dengan CuSO4, akan menghasilkan larutan berwarna ungu dan terbentuk endapandan hal ini menunjukan bahwa asam amino dari rantai protein bereaksi dengan Cu2+ dan CuSO4 membentuk garam kemudian dengan penambahan NaOH basa menyebabkan reaksi bertambah cepat . Setelah dilakukan Uji Biuret pada Putih Telur dan Susu menghaasilkan warna ungu hal ini menunjukan bahwa reaksi tersebut adalah positif. Rreaksi positif ini terjadi karena didalam protein terkandung ikatan peptida. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo ( 2002 ) yang menyatakan bahwa warna ungu menandakan uji positif dan menunjukan bahwa putih telur dan Susu lebih banyak mengandung peptida.


 

4.3.2        Prespitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (putih telur)

Berdasarkan praktikum protein yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 8. Hasil pengamatan dengan larutan garam logam berat (putih telur)

Reagen

Reaksi(+/-)

Keterangan

FeCl3

CuSO4

HgCl2

+

+

+

 

Warna Orange terdapat endapan

Warna Biru  terdapat endapan

Warna Putih  terdapat endapan

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011

Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui bahwa Putih Telur positif dengan reaksi pada saat ditambahkan dengan FeCl3, CuSO4 dan Hg.Cl2.Hasil  tersebut yang diperlihatkan yaitu terbentuknya endapan putih akibat presipitasi dari larutan garam logam berat. Ini berarti reaksi antara putih telur dengan logam berat radikal bebas tidak berdekatan dengan radikal amino bebas, sehingga endapan terbentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo ( 2002 ) yang menyatakan bahwa reaksi  terjadi secara heteropolar dan atau elektro valen yaitu ikatan antar ion – ion yang bermuatan berlawanan dengan suatu molekul disebabkan oleh gaya elektrostatistika. Ikatan ini terjadi antara radikal karbonil bebas berdekatan dengan radikal amino bebas. Dari Uji presipitasi ini dapat diketahui bahwa protein akan hancur jika reaksi antar putih telur dengan logam berat radikal bebas berdekatan dengan radikal amiono bebasnya, karena akan terjadinya denaturasi dan terkontaminasinya protein oleh logam berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjono ( 2000 ) yang menyatakan bahwa logam berat akan mendenaturasikan protein, karena protein akan hancur karena terkontaminas oleh logam berat.  

4.3.3.      Presipirasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Susu)

Berdasarkan praktikum protein yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 9. Hasil pengamatan dengan larutan garam logam berat (Susu)

Reagen

       Reaksi(+/-)

Keterangan

FeCl3

CuSO4

HgCl2

+

+

+

 

 mengendap, berwarna kuning

 mengendap, berwarna kebiruan

Mengendap, berwarna putih

 

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011.

Dalam persipitasi dengan larutan garam  logam berat (protein susu) menghasilkan hasil positif dengan warna kuning dari reaksi FeCl3, warna biru dari reaksi CuSO4, warna putih untuk reaksi HgCl2. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwono ( 1995 ) yang menyatakan bahwa penambahan garam – garam logam berat  pada larutan Susu menimbulkan reaksi kompleks dimana logam – logam ini akan memberi warna pada larutan Susu dam menmbulkan endapan. Banyak zat penyebab denaturasi dan selain panas yakni asam kuat, basa kuat, alcohol, dan garam-garam logam berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hart ( 2003 )yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya denarturasi protein ialah panas dan radiasi ultraviolet, asam dan basa kuat serta garam-garam dari logam berat.


 

4.4. Lemak

4.4.1. Sifat Fisik, Kekentalan,dan Bau

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Lemak, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau

Sampel

Kekentalan

Bau

Sifat Fisik

Minyak Kelapa

Encer

Tidak Menyengat

Tidak ada Noda

Gajih

Kental

Menyengat

Ada Noda

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

Uji sifat Fisik, Kekentalan,dan Bau terlihat bahwa kekentalan Minyak Kelapa tampak encer, sedangkan pada Gajih tampak kental, hal ini menujukkan kekentalan dari Lemak bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan pendapat Retno

ss( 2006 ) yang menyatakan bahwa Minyak adalah ester asam-asam lemak dengan gliserol yang berbentu cair pada suhu kamar. Pernyataan ini didukung oleh kimball ( 1992 ) yang menyatakan bahw lemak ada yang bersifat padat dan ada yang bersifat cair.


 

4.4.2.      Uji Kelarutan Lipid

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Lemak, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid

Pelarut

Minyak Kelapa

Margarin

Mentega

Air

Na2CO3

Alkohol

Eter

Chlorofom

Tidak

Tidak

Tidak

Larut

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Larut

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Larut

Tidak

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

            Pada uji kelarutan lipid semua sampel yang diujikan dengan Air tidak larut, akan tetapi dapat larut pada pelarut Eter, kloroform, dan Na2CO3, hal ini disebabkan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut non polar. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999 ) yang menyatakan bahwa lipid adalah senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air. Pernyataan ini dipertegas oleh Rahardjo ( 2000 ) yang mengatakan bahwa lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti hidrokarbon dan dietil eter.

 


 

4.4.3. Pembentukan Emulsi (minyak kelapa)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data setelah pengujian sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (minyak kelapa)    

Sampel

Kekentalan

Bau

Sifat fisik

Air

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sabun

Encer

Bau Khas

Teremulsi

Na2CO3

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

Pada uji emulsi ini didapat hasil bahwa sabun didapat hasil positif sedangkan pada air dan Na2CO3 didapat hasil negatif dikarenakan air dan Na2CO3 bukan merupakan pelarut lemak,beda dengan sabun yang merupakan pelarut lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Fassenden (1998) yang menyatakan bahwa lipida mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut non polar seperti etanol, eter, kloroform, benzene. Minyak Kelapa apabila direaksikan dengan Air usakSabun akan membentuk emulsi, karena molekul-molekul Minyak Kelapa susunannya rusak akibat dari molekul-molekul air sabun. Sukardjo ( 1992 ) menambahkanbahwa lemak dapat teremulsi jika sistem koloid partikel terdispersi dalam medium pendispersinya sama-sama dalam bentuk cair.

 


 

4.4.4.PembentukanEmulsi (mentega)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data setelah pengujian sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (mentega)              

Sampel

Kekentalan

Bau

Sifat fisik

Air

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sabun

Encer

Bau Khas

Teremulsi

Na2CO3

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

Pada Uji Emulsi terlihat bahwa Mentega dapat teremulsi didalam air yang ditambah Minyak Kelapa, hal ini disebabkan karena adanya zat yang bertindak sebagai pengemulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno ( 2001 ) yang menyatakan bahwa mentega merupakan emulsi air dalam bentuk minyak dengan persyaratan mengandung tidak kurang 80% lemak. Hawab ( 2004 ) menambahkan bahwa emulsi hanya terjadi pada medium-medium tertentu saja.

4.4.5.   Pembentukan Emulsi (margarin)   

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data setelah pengujian sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (margarin)             

Sampel

Kekentalan

Bau

Sifat fisik

Air

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sabun

Encer

Bau Khas

Teremulsi

Na2CO3

Encer

Tak Berbau

Tidak Teremulsi

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012

            Pada Uji Emulsi terlihat bahwa Margarin dapat teremulsi didalam air yang ditambah Minyak Kelapa, hal ini disebabkan karena adanya zat yang bertindak sebagai pengemulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno ( 2001 ) yang menyatakan bahwa Margarin merupakan emulsi air dalam bentuk minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi didalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi ( Emulsifier )

 

 

 

 

 

 


 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

            Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan praktikum kimia analisis kuantitatif adalah ketelitian dalam mengukur berat maupun volume, penguasaan materi, dan kualitas peralatan praktikum. Karbohidrat mudah larut dalam air, sukar larut dalam alcohol. Sifat umum karbohidrat adalah mudah larut dengan air, dapat tereduksi, dapat membentuk glukosa.Sedangkan sifat khususnya adalah sukar larut dalam etanol. Protein mengandung ikatan peptida atau protein. asam amino, dam asam amino merupakan amino yang dapat bereaksi dengan logam berat membentuk garam. Pada Praktikum lemak diketahui bahwa Lemak akan larut pada pelarut-pelarut non polar seperti Eter, Kloroform, Na2CO3, dan tidak larut pada pelarut air.

5.2. Saran

Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum yang sesuai standar, serta saat melaksanakan praktikan harus teliti pada saat melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Damin, Soemardjo. 1997. Kimia Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.

Day, R.A dan A.L, Underwood.2002.Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Fessenden. 1998. Kimia Organik. Edisi  kedua.Erlangga, Jakarta.

Fessenden, J . 1999 . Kimia Organik . Erlangga , Jakarta.

Fessenden, J .1999 .Kimia Organik .Erlangga, Jakarta.

Fessenden, Ralp. 1999. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.

Harold, L., E.Craine dan Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.

Harold, Hart. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga, Jakarta.

Haryadi, W. 1993.Ilmu Kimia AnalitikDasar. Gramedia, Jakarta.

Hawab, M. 2004. Pengantar Biokimia. Bayu Media Publishing, Bogor.

Irfan, Ansyory.2003.Ilmu Kimia. Erlangga, Jakarta.

Kimball, jhon . W .1992 . Kimia Edisi ke lima . Erlangga , Jakarta.

Raharjo. 2000. Kimia Dasar II. UNS Press, Surakarta.

Retno, S . I . 2006 . Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2000. Kimia Organik. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sukarjo. 1992. Kimia Organik. Bina Aksara, Jakarta.

Sumardjo, Damin. 2002. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

Suwono. 1995. Kimia. Angkasa : Bandung.

Syukri.1999.Kimia Dasar 2. ITB, Bandung

Winarno, F. G. 2001. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat – alat Percobaan Analisa Kuantitatif

NO

GAMBAR

KETERANGAN

1.

Buret, Terbuat dari kaca, mempunyai skala, digunakan untuk titrasi zat yang dipakai ditempat, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran, Volume yang dipaki dapat dilihat pada skala.

2.

Statif ,Sebagai tempat meletakkan buret.

3.

Pipet tetes, adigunakan untuk mengambil larutan dengan voleme tertentu, atau digunakan mengambil larutan yang jumlahnya sangat sedikt.

4.

Pipet volume  ,digunakan untuk mengambil larutan yang jumalhnya banyak.

5.

Gelas beaker, digunakan untuk wadah atau tempat larutan yang akan ditritasi.

 

 

 

 


Lampiran 2. Perhitungan Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat

Perhitungan Standarisasi NaOH

N1 x V1                           =           N2 x V2

0,1 x 15,5                       =           N2 x 15,5    

1,536                              =           15,55 N2

N2                                   =           0,10367 N

                                       =           0,1 N

Keterangan :

N1          =          Normalitas asam oksalat 0,1 N

V2       =          rata-rata titrasi asam oksalat

V2       =          volume NaOH

N2       =          Normalitas NaOH


 Lampiran 3. Perhitungan Perhitungan Kadar Asam cuka

 100%

 
 


X x

 
             C         =         V1 x.N x P x B

                                    V2 x 1000

X  100%

 
             =         15,9 x 0,10367 x 60 x 25

                                                   10 x 1000

 =         9,89%

 

Keterangan:

N         =          Normalitas NaOH

V1          =          Volume NaOH

V2          =          Volume Asam Cuka yang dititrasi

P          =          Pengenceran

B         =          Berat Molekul Cuka(60)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Lampiran 4. Menjawab Pertanyaan Praktikum Karbohidrat

Pertanyaan Uji Fehling:

1.      Mengapa ada dua karbohidrat yang gagal terhadap uji Fehling?

Jawab : Karena kedua larutan itu (Sukrosa dan kanji) bukan merupakan monosakarida dan bukan gula pereduksi. Padahal larutan Fehling merupakan pereaksi peroksidasi yang digunakan untuk uji monosakarida.

2.      Apakah madu menghasilkan uji fehling yang positif?

Jawab : Ya. Karena madu berubah menjadi merah bata.

3.      Tuliskan nama struktur karbohidrat yang menyebabkan uji ini positif !

Jawab :                                                             O

                CHO                                                        H-C-Na

            H-C-OH                                                    OH-C-H

         OH-C-H     + Cu 2+ + NaOH + H2O        OH-C-H    + Cu2O ↓ + H+

            H-C-OH                                                      H-C-OH

            H-C-OH                                                      H-C-OH

                CH2O                                                           CH2OH

           (Glukosa)                        

4.   Apakah sirup yang saudara uji positif terhadap uji fehling?

Jawab : Ya, karena terbentuk endapan warna merah bata.

 

 

Pertanyaan Uji Benedict :

1.      Tuliskan reaksi untuk pengujian larutan maltosa dan laktosa !

Jawab :

Maltosa                 =Maltosa + benedict kemudian di panaskan menghasilkan endapan merah bata.

Laktosa                 =Laktosa + benedict kemudian dipanaskan menghasilkan endapan merah bata.

2.      Apakah penyusun pereaksi Benedict ?

Jawab :  Cu 2+ dan H2O

3.      Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan di atas?

Jawab : Larutan Benedict mengandung unsur Cu (tembaga), hal ini dapat diidentifikasi dengan adanya endapan berwarna merah bata pada larutan yang diujikan. Endapan itu merupakan zat sisa dari sebuah reaksi. Endapan akan terbentuk apabila kedua senyawa yang direaksikan memiliki keterkaitan antar molekul lewat gugus fungsionalnya.

4.      Apa yang terjadi baik glukosa yang banyak dan yang sedikit pereaksi Benedict dipanaskan?

Jawab : Tetap akan terbentuk endapan berwarna merah bata, hanya saja tingkat kepekatan pereaksi yang lebih banyak itu lebih tinggi dan laju  reaksi berlangsung dengan cepat.

Pertanyaan Uji Asam Pikrat:

1.                  Tulislan masing-masing reaksi untuk pengujian di atas !

Jawab :

a.     CHO                   OH                                    COOH

               H-C-OH        NO              NO2                        H-C-OH

            OH-C-H                                              OH-C-H         

               H-C-OH                                                           H-C-OH

               H-C-OH                 NO2                                  H-C-OH

                   CH2O                                                           CH2OH

             (Glukosa)            (Asam pikrat)                   (Asam Glukorat)      

 

b.                                 OH                                          OH

 CH2OH             NO           NO2               COOH            NO            NO2

                C=O                                                       C=O

            OH-C-H                                               OH-C-H             

               H-C-OH                                                H-C-OH

               H-C-OH                  NO2                       H-C-OH                NO2

             CH2OH                                                    CH2OH

(Fruktosa)         (Asam Pikrat)         (Asam Fruktonat)   (Asam Pikronat)

 


 

2.   Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan ini?

Jawab : Pada uji asam pikrat dikatakan positif jika terbentuk warna merah. Apabila ada salah satu bahan yang di uji tidak terbentuk warna merah, ini dikarenakan bahan tersebut tidak mengandung karbohidrat.

Lampiran 6. Menjawab Pertanyaan Protein

1   Pertanyaan uji biuret

1. Tuliskan struktur kimia yang memberi hasil terhadap uji Biuret ?

Jawab:

 

 

 

2   Pertanyaan Presipitasisi dengan Larutan Garam Logam Berat

1. Bersifat sebagai apakah protein dan logam-logam berat dalam reaksi ini ?

Jawab: Sebagai pereaksi.

2. Apakah warna masing-masing endapan yang terbentuk, dan tulis masing-masing reaksi ?

Jawab: Larutan putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna orange

Larutan putih telur + CuSO4 terbentuk endapan berwarna biru

Larutan putih telur + HgCl2 terbentuk endapan berwarna putih

Larutan protein susu + FeCl3 terbentuk endapan putih kuning

Larutan protein susu + CuSO4 terbentuk endapan putih biru

Larutan protein susu + HgCl2 terbentuk endapan berwarna putih

3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara ketahui ?

Jawab : HgBr2, HgI2, HgF2, PbBr2, PbF2, PbCI2, PbI2

 


 

Lampiran 8. Menjawab Pertanyaan Lemak

1. Senyawa manakah yang merupakan steroid murni?

2. Senyawa manakah yang mempunyai bau paling enak?

Jawab:

1. Lemak (gajeh), Asam stearat, Minyak kelapa.

2. Susu, Margarin, dan Mentega.

 

Komentar

Postingan Populer